MENGAPA KAMU MENGGUNAKAN CADAR?

Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat dan memberikan hidayahnya kepada kita semua, kaum muslimin. Dan shalawat serta salam patut kita sampaikan kepada Nabiyyullah, rasul kita, Rasulullah , semoga rahmat dan keberkahan selalu tercurah atasnya, dan para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga yaumil qiyamah kelak, aamiin.
Ikhwah fillah, tepatnya bagi para akhowat. Pertanyaan ini mungkin sudah tak asing lagi ditelinga antunna sekalian. Dan jawaban antunna sekalian sebagian mungkin sama. Namun, taukah antunna tentang hukum dan hakikat cadar itu sendiri?


PENDAPAT IMAM 4 TENTANG PENGGUNAAN CADAR
Sebagai muslim yang bijak, ada baiknya kita mengambil pendapat-pendapat para ulama dalam berhukum dengan agama ini. Dan ulama yang kita sepakati untuk dijadikan rujukan adalah imam yang 4, yaitu Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali.
(Jika antunna tidak ingin membaca seluruhnya, disarankan membaca huruf yang ditebalkan saja.)
(Atau jika khawatir pusing dan bahkan tidak mau membaca sama sekali, cukup baca ringkasan dibawah.)





  • Imam Malik

Mazhab Maliki berpendapat bahwa wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
Berikut adalah pendapat ulama dari madzhab Maliki:
·         Al Qurthubi berkata:
قال ابن خُويز منداد ــ وهو من كبار علماء المالكية ـ : إن المرأة اذا كانت جميلة وخيف من وجهها وكفيها الفتنة ، فعليها ستر ذلك ؛ وإن كانت عجوزًا أو مقبحة جاز أن تكشف وجهها وكفيها
“Ibnu Juwaiz Mandad – ia adalah ulama besar Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnyaJika ia wanita tua atau wajahnya jelekboleh baginya menampakkan wajahnya” (Tafsir Al Qurthubi, 12/229)
·         Al Allamah Al Banaani berkata:
وهو الذي لابن مرزوق في اغتنام الفرصة قائلًا : إنه مشهور المذهب ، ونقل الحطاب أيضًا الوجوب عن القاضي عبد الوهاب ، أو لا يجب عليها ذلك ، وإنما على الرجل غض بصره ، وهو مقتضى نقل مَوَّاق عن عياض . وفصَّل الشيخ زروق في شرح الوغليسية بين الجميلة فيجب عليها ، وغيرها فيُستحب
“Pendapat tersebut juga dikatakan oleh Ibnu Marzuuq dalam kitab Ightimamul Furshah, ia berkata: ‘Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Maliki’. Al Hathab juga menukil perkataan Al Qadhi Abdul Wahhab bahwa hukumnya wajib. Sebagian ulama Maliki menyebutkan pendapat bahwa hukumnya tidak wajib namun laki-laki wajib menundukkan pandangannya. Pendapat ini dinukil Mawwaq dari Iyadh. Syaikh Zarruq dalam kitab Syarhul Waghlisiyyah merinci, jika cantik maka wajib, jika tidak cantik maka sunnah” (Hasyiyah ‘Ala Syarh Az Zarqaani, 176)


  • Imam Hanafi
Tidak berbeda seperti Imam Malik, dalam pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
Berikut pendapat ulama Hanafi:
·         Asy Syaranbalali berkata:
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما وظاهرهما في الأصح ، وهو المختار
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami“ (Matan Nuurul Iidhah)
·         Al Imam Muhammad ‘Alaa-uddin berkata:
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وقدميها في رواية ، وكذا صوتها، وليس بعورة على الأشبه ، وإنما يؤدي إلى الفتنة ، ولذا تمنع من كشف وجهها بين الرجال للفتنة
“Seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam. Dalam suatu riwayat, juga telapak tangan luar. Demikian juga suaranya. Namun bukan aurat jika dihadapan sesama wanita. Jika cenderung menimbulkan fitnah, dilarang menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki” (Ad Durr Al Muntaqa, 81)
  • Imam Syafi'i
Pendapat madzhab Syafi’i, aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah seluruh tubuh. Sehingga mereka mewajibkan wanita memakai cadar di hadapan lelaki ajnabi.
Inilah pendapat mu’tamad madzhab Syafi’i :
·         Asy Syarwani berkata:
إن لها ثلاث عورات : عورة في الصلاة ، وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه والكفين . وعورة بالنسبة لنظر الأجانب إليها : جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد وعورة في الخلوة وعند المحارم : كعورة الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة والركبة ـ
“Wanita memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha” (Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 2/112)
·         Syaikh Sulaiman Al Jamal berkata:
غير وجه وكفين : وهذه عورتها في الصلاة . وأما عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند الرجال المحارم ، فما بين السرة والركبة . وأما عند الرجال الأجانب فجميع البدن
“Maksud perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan’, ini adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan” (Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj, 411)
  • Imam Hambali
Imam Ahmad ibnu Hambal sendiri berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat. Bahkan kukunya pun termasuk aurat.
Ø  Imam Ahmad bin Hambal berkata:
كل شيء منها ــ أي من المرأة الحرة ــ عورة حتى الظفر
Setiap bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil dalam Zaadul Masiir, 6/31)
·         Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al ‘Anqaari, penulis Raudhul Murbi’, berkata:
« وكل الحرة البالغة عورة حتى ذوائبها ، صرح به في الرعاية . اهـ إلا وجهها فليس عورة في الصلاة . وأما خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل والخنثى وبالنسبة إلى مثلها عورتها ما بين السرة إلى الركبة
“Setiap bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya. Pendapat ini telah dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah… kecuali wajah, karena wajah bukanlah aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, semua bagian tubuh adalah aurat, termasuk pula wajahnya jika di hadapan lelaki atau di hadapan banci. Jika di hadapan sesama wanita, auratnya antara pusar hingga paha” (Raudhul Murbi’, 140)
·         Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:
القول الراجح في هذه المسألة وجوب ستر الوجه عن الرجال الأجانب
“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup wajah dari pada lelaki ajnabi” (Fatawa Nurun ‘Alad Darb)

RINGKASAN KESIMPULAN
·         Sunnah, mampu menjadi wajib – Maliki dan Hanafi
·         Wajib – Syafi’i dan Hanbali
Para ulama diatas tentu mempunyai alasan tersendiri dalam menentukan hukum cadar ini. Dikarenakan kita yang ilmunya sedikit, atau mungkin malas mencari-cari dan membandingkan hadits tentang pemakaian hijab oleh para shahabiyyat di zaman Rasulullah , kita cukup memilih diantara dua pilihan diatas. Tentunya bebas, karena masing-masing mempunyai hujjah.
KAPAN SAATNYA CADAR MENJADI WAJIB?
Apabila kalian memutuskan untuk mengambil pendapat Maliki dan Hanafi, adakah pertanyaan tersebut di dalam hati kalian? Tentu pertanyaan ini kalian sendiri para muslimah yang mengetahui.
Bagaimana cara mengetahuinya? Simak kiat dibawah ini.
1.       Nilai dari diri sendiri.
Bercerminlah, lihatlah wajahmu. Perhatikan dan pertimbangkan. Apakah kamu merasa dirimu cantik? Jika iya, bercadarlah! Jika tidak, tidak perlu repot-repot bercadar! Bukan menyinggung, hehe :D
2.       Minta pendapat teman
Apabila kurang yakin dengan penilaian pribadi, maka tanyalah kawan dan kerabat dekatmu. Apakah kamu sangat cantik dimata teman-temanmu? Tentu penilaian orang jauh lebih objektif dibanding penilaian diri sendiri.
3.       Jeli di keramaian
Sering keluar rumah? Atau bahkan gemar jalan-jalan? Untuk kali ini, please look closer and inspect your surrounding! Atau bisa diartikan, “perhatikan sekitarmu!
Coba amati. Dalam sekali jalan-jalan, berapa kali laki-laki memperhatikanmu? Melihatmu? Memandangmu? Tentu itu adalah indikasi bahwa kamu itu adalah fitnah (baca: cobaan) untuk para ikhwan di sekitarmu? Dan inilah sebab yang paling kuat untuk antunna memakai niqab/cadar.
Cara ini tidak hanya ditujukan untuk yang sedang berhijab syar’i saja, tetapi juga ditujukan kepada yang masih berhijab pendek alias non-syar’i!
Bedanya, kalau antunna berhijab syar’i dan memang lekuk tubuhnya telah tertutup sempurna, tapi masih dilirik mata-mata liar lelaki, berarti dapat diindikasikan bahwa wajahnya sangat-sangat cantik.
Namun kalau antunna berhijab non-syar’i dan selalu dilirik lelaki ajnabi, berarti ada 2 kemungkinan, entah itu wajahnya yang cantik, atau tubuhnya yang terbentuk dan memacu syahwat para lelaki. Inilah waktu yang tepat untuk kalian berhijab syar’i, wahai akhowat!

Setelah 3 kiat di lakukan, tentu kamu lebih mengetahui apakah kamu dalam tahapan sunnah? atau yang wajib? Nilai sendiri!
Reminder: Jangan memaksakan diri jika kamu berada di tahapan sunnah dan paksakan diri ketika cadar itu wajib bagimu :)
Wallahul musta'an.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membantah Argumen Pandji Pragiwaksono

Studi Terakhirku

Coretan Penulis: Toleransi dalam Perspektif Islam