Raih Naungan Allâh Jalla Jalaluhu: Pemuda yang dibesarkan dalam keta’atan kepada Allah

Tahapan kehidupan manusia terbagi menjadi 5 tahap; dimulai dari [1] sesuatu yang tidak ada, kemudian [2] berada di alam kandungan, kemudian [3] berada di dunia, kemudian [4] berada di alam kubur/barzakh, dan terakhir [5] memasuki kehidupan akhirat. Dan hari akhir inilah tahap akhir kehidupan manusia.

Disaat tiba Hari Akhir, tiupan sangkakala diperdengarkan. Tiupan pertamanya membuat segala yang ada di langit dan bumi mati dan membinasakan alam semesta. Pada tiupan kedua, bumi terbentuk kembali dan membentuk hamparan setelah sebelumnya di hancurkan. Hamparan itu nantinya akan dijadikan tempat berkumpul manusia setelah dibangkitkan dari kubur mereka. Seluruh umat manusia dikumpulkan di suatu tempat yang lapang dan sangat luas. Mereka bangkit dalam kondisi dan perasaan yang bermacam-macam. Menunggu keputusannya masing-masing.

Pada hari itu manusia dikumpulkan dengan kondisi yang tidak dikhitan (disunat), tidak beralas kaki, dan telanjang. Seluruh manusia menyesali perbuatannya didunia, tanpa terkecuali. Yang kâfir menyesali bahwa mengapa ia tidak mempercayai apa yang dikatakan teman-teman muslimnya selagi di dunia. Yang munâfiq  menyesali perbuatannya yang tidak menjalankan perintah-perintah Allâh azza wa jalla dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal ia telah menjadi seorang muslim. Bahkan para mukminin dan muslimin yang taat beribadah sekalipun pasti menyesal karena tidak melakukan ibadah lebih giat dari yang dulu bisa di kerjakan.
Semua orang khawatir dan takut. Tidak ada satupun orang yang mampu memberikan pertolongan, terkecuali Allâh yang mampu memberikan pertolongan melalui naungan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita mencari tahu apa yang bisa kita lakukan untuk memperoleh naungan Allah subhânahu wa ta’ala.

Jika kita mencari tahu tentang ini, kita akan menemukan sebuah hadits rasulullâh tentang 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allâh subhânahu wa ta’ala pada hari kiamat nanti.
 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ،وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ،وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”


Dari ke-7 golongan yang dinyatakan dalam hadits ini, ada 1 golongan yang mempunyai batasan waktu yang tidak bisa dikerjakan dilain kesempatan. Golongan itu ialah golongan ke 2, yaitu “Pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh”

Mungkin saja ada yang mengatakan, “Kalau memang pemuda dispesialkan, itu kan dulu. Mencari ilmu agama sangatlah sulit. Untuk sekedar ke masjid saja perjuangannya luar biasa. Kalau sekarang? Masjid tersebar diseluruh gang, Internet tersedia 24 jam untuk mencari ilmu agama. Apa hebatnya? Apakah ‘kespesialan’ untuk pemuda itu masih berlaku?”

Mungkin jawaban dari pertanyaan itu bisa dilihat dari kenyataan sehari-hari. Memang pemuda dahulu sulit dalam mempraktekkan agama. Namun alangkah lebih sulit godaan pada zaman sekarang ini. Masjid memang tersedia di setiap sudut gang, namun bagaimanakah kondisinya? Berapa jumlah pemuda yang mampu dihitung pada shalat jama’ah subuh? Internet memang tersedia 24 jam. Namun apakah para pemuda hari ini lebih memilih membuka video-video kajian dibanding video-video porno? Masyaallah. Semoga kita terhindar dari godaan syaithan untuk bermaksiat.

Selagi masih dalam jenjang usia remaja, kita dapat menjadi bagian dari golongan ini. Tidak sedikit pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan sia-sia. Kumpul kesana kesini. Main sampai pulang malam. Untuk sholat saja lalai apalagi berharap bisa berjama’ah di masjid. Handphone bersih namun Al-Qur’an berdebu. Tentunya kita tidak ingin seperti itu.

Oleh karena itu, marilah kita memanfaatkan waktu muda kita untuk melakukan keta’atan kepada Allâh, dan kelak meraih naungan-Nya pada hari akhir nanti. Âmin ya rabbal ‘âlamin.



Wallâhu a’lam bisshawâb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membantah Argumen Pandji Pragiwaksono

Studi Terakhirku

Coretan Penulis: Toleransi dalam Perspektif Islam