Ahok? "Salah apa" dia?






Assalamua'alaikum warahmatullahi wabarokatuhu.

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayahnya. Menjaga kita semua, pagi, siang, dan malam. Juga shalawat kepada Nabi saw yang telah diutus ke dunia sebagai rahmat untuk alam semesta juga suri tauladan bagi kaum muslimin.

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang topik yang sangat marak di perbincangkan dimana-mana yaitu sang Gubernur Provinsi DKI Jakarta non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dikenal sebagai Ahok.

Ahok yang mempunyai nama tionghoa Zhōng Wànxué, telah berkecimpung di dunia politik sejak lama, kiprahnya di dunia politik diawali dengan menjabat sebagai Bupati Belitung Timur sejak tahun 2004 silam. Dan kemudian resmi menjadi Gubernur Provinsi DKI Jakarta sejak 19 November 2014 yaitu ketika Pak Presiden, Joko Widodo memenangkan pilpres 2 tahun silam dan meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Saya akan menyinggung 4 hal saja dalam perbandingan kali ini dan tidak menutup kemungkinan membahas hal lainnya dalam kesempatan lain, insyaallah.

Ahok adalah tipe pemimpin yang dikenal mempunyai gaya kepemimpinan yang 'katanya' jujur, tidak pandang bulu, suka marah-marah, dan juga suka ceplas-ceplos. 
Saya mengatakan 'katanya' jujur, karena beliau telah disangkutkan beberapa kasus korupsi seperti Sumber Waras, pengadaan UPS di sekolah-sekolah dan terakhir kasus reklamasi.
Tidak pandang bulu, dia akan menindak orang yang bersalah sekalipun itu adalah para pemilik usaha-usaha besar yang melanggar aturan.
Suka marah-marah karena memang dia adalah orang yang tegas dan memang akan marah apabila ada yang menghalangi rencananya untuk membangun DKI.
Dan yang terakhir, suka ceplas-ceplos. Disinilah permasalahannya :)

Sebagai umat islam, kita punya contoh pemimpin yang sangat hebat dan tidak perlu diragukan lagi kehebatannya yaitu, Nabi Muhammad saw. Tak hanya beliau, para suksesornya yaitu "Khulafa'ur Rasyidin" atau bisa kita sebut 4 sahabat nabi (Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib) juga merupakan pemimpin yang hebat di masanya.

So, mari kita membandingkan kedua contoh pemimpin ini.

1. Jujur
Untuk masalah kejujuran, nabi kita Muhammad saw tidak bisa diragukan bahkan tidak boleh meragukan lagi akan hal itu. Nabi Muhammad memegang gelar al-Amin dari para penduduk Mekkah karena beliau adalah orang yang sangat jujur dan sangat bisa dipercaya, dan ini diakui oleh keseluruhan penduduk Mekkah yang kita ketahui, tidak semua penduduk Mekkah adalah muslim, beliau juga dipercaya oleh orang kafir Mekkah.
Berbeda dengan Ahok yang sudah disangkutkan beberapa kasus korupsi, namun karena belum terbukti bersalah, kita masih bisa mempercayainya sebagai orang yang 'bersih'.

2. Tidak pandang bulu
Dalam menegakkan hukum, Rasulullah sangat mengutamakan keadilan. Beliau tidak pandang bulu dalam menindak para pelanggar hukum. Bahkan dalam suatu hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak akan segan-segan memotong tangan putrinya Fatimah apabila dia terbukti mencuri. Sama halnya dengan Ahok, dia sangat tegas dalam menghukum para pelanggar peraturan yang berani melawannya. Dari mulai pemilik usaha dengan lahan ilegal dan penduduk dengan tempat tinggal ilegal di gusurnya. Saking tegasnya, dia sering di cap sebagai pemimpin yang tidak punya hati kala menggusur rakyat kecil yang tinggal di tanah milik negara, misalnya. Perlu diapresiasi.

3. Suka marah-marah
Kita mengenal Rasulullah saw. sebagai orang yang ramah, mempunyai tutur kata yang lembut dan sopan. Berseberangan dengan Ahok, dia lebih memilih untuk marah-marah (yang mungkin itu) untuk melengkapi sifat tegasnya. Padahal tegas tidak perlu marah-marah, bukan? Rasulullah juga tegas, namun tetap bertutur kata lembut dan sopan. Bahkan saya pernah melihat di suatu wawancaranya, dia mengatakan bahwa "tidak apa-apa (saya) berkata kasar,  asal (saya) tetap jujur dan tidak korupsi." Pendapat kalian?

4. Suka ceplas-ceplos
Rasulullah saw hanya berbicara jika dibutuhkan. Dan kata-kata yang keluar dari mulut beliau adalah bermanfaat dan tidak ada yang sia-sia. Didalam bercandanya pun tidak ada sedikit kebohongan dari mulutnya. Apalagi ketika beliau berbicara didepan umum atau berdakwah. Beliau mengucapkan segalanya dengan hati-hati.
Namun bagaimana dengan bapak pemimpin kita, Pak Ahok?
Inilah yang menjadi permasalahan akhir-akhir ini. Pak Ahok dilibatkan dalam suatu kasus yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Yaitu kasus penistaan agama dalam pidatonya di Kepulauan Seribu yang mengatakan bahwa warga Jakarta dibohongi oleh Quran Surat Al-Maidah ayat 51. Menurut penulis, ini disebabkan oleh kata-katanya yang menghalalkan "berkata kasar" diatas. Berkata kasar tetap tidak dibolehkan meskipun tidak korupsi. Islam adalah agama yang perlu diterapkan secara keseluruhan. Korupsi tidak dibolehkan dalam Islam begitu juga berkata-kasar.

Umat muslim Jakarta atau bahkan Indonesia telah muak dengan perilaku Pak Ahok yang tidak mau menjaga ucapannya yang akhirnya berpuncak pada kekhilafannya dalam menyinggung Al-Quran. Jelas umat muslim marah karena kesombongan beliau yang tidak mau mendengarkan untuk menjaga kata-katanya. Namun sebaiknya kita tidak mendemo beliau apalagi mencaci makinya. Yang kita bisa lakukan hanyalah mendo'akan beliau, memohon pentunjuk untuk beliau. Karena caci maki dan hinaan tidak akan membuatnya sadar dan berpaling ke jalan Allah. Sebaliknya jika kita mendo'akan petunjuk untuknya. Apakah mustahil bagi beliau mendapatkan hidayah dari Allah swt? Wallahua'alam bisshawab.

Mungkin sekian untuk saat ini, nantikan entri yang akan terbit berikutnya, Insyaalah...

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membantah Argumen Pandji Pragiwaksono

Studi Terakhirku

Coretan Penulis: Toleransi dalam Perspektif Islam