Victim Blaming pada Korban Pelecehan Seksual, salahkah?

Budaya victim blaming sudah ada sejak lama. Dan sekarang isu ini kembali hangat. Budaya yang membuat publik menyalahkan para korban dari kasus kriminal ataupun kejahatan ini kembali dilestarikan. Namun sebenarnya, bagaimanakah pandangan yang tepat tentang ini?

Victim blaming banyak ditemui pada kasus kejahatan atau pelecehan seksual. Biasanya orang akan menyalahkan wanita yang keluar rumah dengan pakaian minim atau bahkan keluar di malam hari tanpa ada pengawalan dari pihak keluarga ataupun kerabat, sehingga para pelaku kejahatan seakan-akan punya alasan untuk melecehkan atau memperkosa wanita ini. Apakah tindakan ini benar dan siapa yang salah?



Saya akan mencoba menjawab dari sudut pandang saya seorang muslim. Dan semua orang dalam permisalan ini saya anggap adalah seorang muslim. Jadi, letak benar dan salah mengacu pada hukum Islam.



Berikut adalah situasi pertama


Pada dasarnya, apapun yang dikenakan oleh seorang wanita, jika ia bertemu dengan pria yang mempunyai nafsu tinggi yang tak terkontrol, dia pasti akan tetap dilecehkan secara seksual. Lebih lagi jika wanita itu memang menggunakan pakaian yang minim. Yang dimana itu hanya akan menambah nafsu si pria hingga ke puncak. Maka keduanya salah. si pria telah salah karena tak mampu menahan nafsu, dan si wanita pun salah karena menambah nafsu si pria.


Sebenarnya, jika si wanita berpakaian minim ini berpergian dengan selamatpun, dia tetap mendapatkan dosa karena membuka aurat. Jadi kesalahan wanita ini bukan hanya karena dapat membangkitkan nafsu, tapi juga karena memang melanggar larangan Allah. Double mistakes.


Adapun batasan-batasan bagi si wanita sudah dijelaskan di dalam al-Qur'an. Bila seorang wanita ini melanggar batasan yang telah ditetapkan, maka apa salahanya seseorang menyalahkan wanita ini? Apakah kita tidak lagi mempedulikan perintah sang Maha Kuasa?

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59).

Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.

Allah Ta’ala juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31).

Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Atho’ bin Abi Robbah, dan Mahkul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan.

Kemudian Rasulullah ﷺ juga bersabda,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu : Suatu kaum yang memiliki cambuk, seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan ini dan ini.” (HR.Muslim)

Bagi saya menyalahkan seseorang yang jelas-jelas salah adalah normal. Dan anda semuapun harusnya demikian. Namun saya tak ingin menyebutkan jika pakaian menggoda adalah murni 100% penyebab kejahatan seksual terjadi. Saya lebih suka mengatakan bahwa kejahatan itu terjadi karena ada dua penyebab yang saling mendukung. Yakni kebiadaban si pria dan didukung oleh pakaian si wanita.

Tetapi Islam memiliki solusi yang dapat mencegah semua hal ini dapat terjadi. Untuk menjelaskannya, mari kita buat situasi kedua.


Katakanlah wanita pada situasi kedua ini adalah wanita yang berpakaian tertutup dan lebar (tidak membentuk tubuh/syar'i). Kemudian ia bertemu pria yang sama dengan situasi pertama, yaitu pria yang tak mampu menahan nafsunya sekalipun melihat wanita berpakaian tertutup. Apakah sekarang akan terjadi pelecehan seksual lagi?




Jawabannya tidak.


Karena Islam melarang perempuan bersafar/berpergian sendiri, baik di siang maupun malam hari. Maka perempuan dalam situasi kedua berpergian membawa suaminya/kakak/adik laki-lakinya yang dirasa mampu melindungi dia dari serangan pria mesum.


Maka inilah solusi terbaik. Si wanita dapat berpergian dengan aman, juga tak mendapat dosa dari pakaian tertutupnya. Si pria mesum juga tak perlu berurusan dengan masalah karena ia tau bahwa wanita yang membuatnya tertarik ini sedang dalam pengawalan sehingga tak bisa diganggu. Win-Win solution.


Saya sendiri sebenarnya memiliki pandangan berbeda jika melihat wanita yang berpakaian menggoda. Jika wanita tersebut seorang non-muslim, maka saya sedikit banyak bisa memakluminya karena memang ia tidak dilarang berpakaian seperti itu dalam agamanya. Namun yang sangat membuat saya kesal dan sakit hati adalah ketika melihat seorang wanita yang memakai kerudung, namun dipadukan dengan kaos ketat dan jeans ketat yang menjiplak dada dan bokong. Saya kesal karena saya benar-benar paham bahwa dia seorang wanita muslim, namun tak berpakaian pantasnya seorang muslimah. Shocking.


Janganlah menyalahkan seseorang yang sedang menyalahkan sesuatu yang salah. Jangan anggap victim blaming itu sepenuhnya salah dan sepenuhnya benar. Jika ada suatu insiden tentang pelecehan seksual, maka pasti kesalahan terletak di dua pihak, entah si perempuan melanggar syariat (tak berpakaian syar'i dan berpergian tanpa mahram) ataupun si laki-laki yang bejat. Lebih ke "victim and perpetrator blaming". Maka dari itu jadilah victim yang murni dari kesalahan. Bukan menjadi victim yang mampu di blame dan perpetrator yang sudah pasti di blame

Sekian tulisan singkat kali ini, semoga dapat membuka wawasan kita. Dan semoga kita -kaum muslimin- semua yang membaca artikel ini senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Wallahu waliyyut taufiiq.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membantah Argumen Pandji Pragiwaksono

Studi Terakhirku

Menjelang Aksi Damai 212 - Bahaya Khawarij